Beranda | Artikel
Apakah Nanah itu Najis?
Rabu, 28 Oktober 2015

Nanah Najis?

Tadz, mau nanya…
apakah nanah itu najis?
ataukah hukum nanah itu sama dengan hukumnya darah dan muntah…
terima kasih

Dari Abu Akhdzan

JAWABAN:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Sebelumnya kita lihat lebih dekat, apa itu nanah. Nanah adalah cairan berwarna kuning keputihan atau kuning kehijauan yang disebabkan bakteri. Pada umunya, nanah terdiri dari sel darah putih dan bakteri mati yang disebabkan peradangan. (wikipedia).

Sederhananya, nanah merupakan turunan dari darah.

Sementara terdapat kaidah dalam masalah Fiqh,

الفرع يأخذ حكم أصله

Hukum turunan itu sama seperti hukum asalnya.

Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan,

اتفق الفقهاء على أن القيح إذا خرج من بدن الإنسان فهو نجس؛ لأنه من الخبائث، قال الله تعالى: { وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ} ، والطباع السليمة تستخبثه، والتحريم لا للاحترام دليل النجاسة؛ لأن معنى النجاسة موجود في القيح إذ النجس اسم للمستقذر وهذا مما تستقذره الطباع السليمة لاستحالته إلى خبث ونتن رائحة؛ ولأنه متولد من الدم والدم نجس

Para ulama sepakat bahwa nanah ketika keluar dari badan manusia, hukumNya najis. Karena nanah termasuk benda menjijikkan. Allah berfirman, “Dia (Muhammad) mengharamkan yang menjijikkan.”

Sementara tabiat manusia yang masih baik, merasa jijik dengan nanah. Larangan haramnya sesuatu padahal itu bukan karena itu haram, menunjukkan bahwa itu diharamkan karena najis. Karena unsur najis, ada dalam cairan nanah. Karena, kata najis adalah nama untuk menyebut setiap yang menjijikkan. Dan orang yang tabiatnya sehat, menganggap jijik nanah, karena sudah berubah menjadi busuk.

Juga karena nanah itu turunan dari darah. Sementara darah itu najis. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 34/128).

Ada juga yang menyatakan bahwa nanah lebih ringan dari pada darah. Sehingga nanah yang sedikit statusnya ma’fu (ditoleransi).

Dalam al-Mughni dinyatakan,

والقيح والصديد وما تولد من الدم بمنزلته إلا أن أحمد قال : هو أسهل من الدم وروي عن ابن عمر والحسن إنهما لم يرياه كالدم

Nanah dan segala turunan darah, hukumnya seperti darah. Hanya saja, Imam Ahmad mengatakan, ‘Lebih ringan dari pada darah.’ Diriwayatkan dari Ibnu Umar dan Hasan al-Bashri bahwa mereka berdua tidak menganggap sama antara nanah dengan darah. (al-Mughni, 1/762)

Ibnul Qoyim menyebutkan keterangan dari Imam Ahmad,

وقد سئل الإمام أحمد رحمه الله : الدم والقيح عندك سواء ، فقال : ” لا ، الدم لم يختلف الناس فيه ، والقيح قد اختلف الناس فيه ، وقال مرَّة : القيح والصديد عندي أسهل من الدم

Imam Ahmad ditanya, ‘Apakah darah dan nanah menurut anda sama?’

Jawab beliau, “Tidak sama. Darah tidak ada perbedaan pedapat bahwa itu najis. Sementara nanah, masih diperselisihkan ulama.” di kesempatan yang lain, beliau mengatakan, “Nanah, lebih ringan menurutku, dari pada darah.” (Ighatsah al-Lahafan, 1/151).

Sementara itu, Syaikhul Islam berpendapat, nanah tidak najis. Karena tidak ada dalil najisnya nanah. Beliau mengatakan,

لا يجب غسل الثوب والجسد من المِدَّة والقيح والصديد ، ولم يقم دليل على نجاسته

“Tidak wajib mencuci pakaian dan badan yang terkena nanah. Tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa itu najis.” (al-Ikhtiyarat al-Fiqhiyah, hlm. 26)

Mengingat ulama berbeda pendapat, nanah mendapat hukum lebih ringan dari pada darah. Sehingga nanah yang sedikit, sulit untuk dihindari, tidak dihukumi najis.

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/25883-apakah-nanah-itu-najis.html